MELILEA - Gaya Hidup Sehat Organik

Gaya Hidup Organik dan Konsep Penyembuhan Alami

Mau Tahu Lebih Jauh tentang Diabetes???

Mau Tahu Lebih Jauh tentang Diabetes???

Penulis: Irna Yunia Seorang ahli neurology Rhode Island Hospital, Suzanne de la Monte bersama rekannya seorang professor di bidang patologi di Brown Medical School telah menemukan diabetes tipe baru. Diabetes tipe baru ini dinamakan diabetes tipe 3 karena insulin tidak hanya di produksi di pankreas tetapi juga di produksi di otak dan diduga dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit Alzheimer’s. Mungkin bagi masyarakat Indonesia banyak yang masih belum mengenal, jangankan diabetes tipe 3, definisi penyakit diabetes itu sendiri masih banyak yang belum mengetahuinya.

INDONESIA RENTAN DIABETES

Masyarakat Indonesia harus lebih waspada terhadap diabetes sejak dini karena risiko penduduk Indonesia terkena penyakit ini sangat tinggi. Menurut sumber harian Kompas, hasil penelitian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menunjukan 10-60% penduduk Indonesia berisiko mengalami mutasi DNA mitokondria T16189C. Jika mengkonsumsi makanan secara berlebih, gen ini menyebabkan kekacauan metabolisme yang berujung pada timbulnya diabetes.

Selain itu, menurut dr. Herawati Sudoyo Phd, peneliti dari Lembaga Eijkmaan, prevalensi diabetes terhitung tinggi pada penduduk daerah tropis seperti di Indonesia. Pernyataan tersebut selaras dengan data yang menunjukan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Di tahun 1994 terdapat 110,4 juta penderita. Memasuki tahun 2000, meningkat menjadi 4 juta orang dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai minimal 5 juta orang. Jumlah inilah yang menghancurkan Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara terbanyak jumlah pasien diabetesnya di dunia.

Menakutkan bukan!! Tapi memang seperti itulah faktanya. Namun, jangan khawatir, seperti kata pepatah “semua penyakit pasti ada obatnya”, begitu juga dengan “penyakit gedongan” ini. Tapi bagaimanakah cara mencegahnya?

APA ITU DIABETES?

Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi.

Diabetes merupakan gangguan metabolisme (metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumah yang cukup, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke sistem urine untuk dibuang melalui urine. Air kencing penderita diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik bagi semut, karena itulah gejala ini disebut juga gejala kencing manis.

Gangguan tersebut terjadi sekali lagi bila insulin tidak diproduksi lagi oleh sel tubuh, atau jumlahnya tidak cukup, atau sel-sel tubuh tidak meresponnya secara normal (insulin resistance). Dalam kasus normal, setiap orang membutuhkan glukosa atau zat gula untuk kesehatannya, karena organ vital kita membutuhkannya sebagai sumber energi, yang nantinya dibakar oleh oksigen, terutama otak, yang sepenuhnya tergantung pada pasokan gula dan oksigen untuk bisa bekerja dengan baik.

Banyaknya proses enzimatik yang mengatur metabolisme tubuh membutuhkan gula sebagai bahan dasarnya. Jadi, manusia tidak bisa hidup tanpa gula. Masing-masing sel tubuh kita membutuhkan glukosa, gula sederhana yang diserap tubuh dari karbohidrat, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya sebagai bahan bakar, sebagaimana fungsi bensin bagi mobil.

Di saat jaringan tubuh kekurangan pasokan glukosa karena terhambat di pembuluh darah, muncullah gejala kelelahan, lapar gula, dan perasaan mudah tersinggung. Sedangkan gula yang menumpuk banyak di dalam pembuluh darah akan membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat, sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa oleh darah. Padahal untuk bisa bekerja secara optimal, tubuh membutuhkan oksigen yang cukup untuk membakar gula menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen tersebut, tubuh kehilangan tenaga dengan munculnya gejala kelelahan, perubahan suasana hati, sakit kepala, dan jantung bekerja lebih keras (berdebar-debar).

Gangguan insulin tersebut juga berakibat berlebihnya kadar lemak di pembuluh darah dengan risiko terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri, sehingga komplikasi diabetes tercatat sebagai penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal.

GEJALA-GEJALA DIABETES

Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain adalah:

  • Sering buang air kecil
  • Terus-menerus lapar dan haus
  • Berat badan menurun
  • Kelelahan
  • Penglihatan kabur
  • Infeksi pada kulit yang berulang
  • Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni
  • Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun

Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala diabetes tipe I, yaitu:

  • Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit
  • Sering buang air kecil
  • Terus menerus lapar dan haus
  • Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya
  • Mudah sakit yang berkepanjangan
  • Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.

Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka akan dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah:

  • Penglihatan kabur
  • Luka yang lama sembuh
  • Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
  • Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
  • Impotensi pada pria

Diabetes Tipe II biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40, tetapi prevalensinya makin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Riset juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang mengalami gejala pre-diabetes, yaitu suatu kondisi yang merupakan pendahuluan dari munculnya diabetes tipe II, tidak menyadari bahwa ia sedang diincar oleh diabetes yang berbahaya. Walaupun gejalanya tidak muncul, tetapi dari pemeriksaan gula darah menunjukan bahwa kadar gula darah puasa berada di atas normal, meskipun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai kasus diabetes. Tetapi kasus pre-diabetes itu sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sampai 50%.

PENYEBAB-PENYEBABNYA

Secara singkat, faktor-faktor yang mempertinggi risiko diabetes adalah:

  • Kelainan Genetika

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu faktor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.

  • Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

  • Gaya hidup stres

Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena diabetes.

  • Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).

Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol selama hamilnya.

Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan di dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.

TIPE-TIPE DIABETES

  • Diabetes Tipe I, tergantung pada insulin

Diabetes Tipe I ini adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Laangerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.

Diabetes Tipe I ini diidap oleh sekitar 10-15% penderita diabetes di Amerika Serikat. Penderitanya harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga dikenal dengan istilah Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus yang tergantung pada insulin untuk mengatur metabolisme gula dalam darah. Dari kondisinya, inilah jenis diabetes yang paling parah.

Diabetes Tipe I ini biasanya ditemukan pada penderita yang mulai mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja, sehingga pada zaman dulu para dokter menyebutnya sebagai diabetes anak muda. Separuh dari penderita diabetes yang mengidapnya adalah usia dewasa, tetapi tidak berbadan gemuk seperti umumnya penderita Diabetes Tipe II. Para periset menyebutnya sebagai Diabetes Tipe 1,5, yang disebut sebagai LADA (latent autoimmune diabetes in adults), karena sistem imun menyerang (reaksi autoimun) sel-sel beta pankreas secara perlahan-lahan sehingga berhenti memproduksi insulin.

Penderita Diabetes Tipe I sangat rentan terhadap komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi yang erat berhubungan dengan perubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banayak gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Risiko lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolisme tubuh yang menumpuk (ketoasidosis), dengan risiko mengalami koma diabetik.

  • Diabetes Tipe II, tidak tergantung pada insulin

Diabetes Tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes Tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling sering umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non-insulin dependent diabetes mellitus). Jenis diabetes ini mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes, karena umumnya 4 sampai 5 orang penderita Diabetes Tipe II ini memiliki kelebihan berat badan, maka obesitas sering dijadikan sebagai indikator bagi penderita diabetes.

Diabetes Tipe II ini dapat menurun dari orangtua yang penderita diabetes. Tetapi risiko terkena penyakit ini akan semakin tinggi jika memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang membuat anda kurang bergerak. Jadi pada Diabetes Tipe II ini yang menjadi pencetus utama adalah faktor obesitas (gemuk berlebih). Faktor penyebab lain adalah pola makan yang salah, proses penuaan, dan stress yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Juga mungkin terjadi karena salah gizi (malnutrisi) selama kehamilan, selama masa anak-anak, dan pada usia dewasa.

  • Diabetes Tipe III, baru ditemukan

Para ahli di US percaya bahwa mereka telah menemukan tipe baru diabetes setelah menemukan bahwa insulin juga diproduksi di otak dan dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit Alzheimer’s. Penelitian yang dilakukan oleh Suzanne de la Monde bersama rekannya yang seorang professor di bidang patologi di Brown Medical Schoolini menemukan hubungan antara penyakit diabetes dan Alzheimer. Suzanne mengemukakan bahwa insulin yang diproduksi dalam otak, dibutuhkan tubuh untuk kelangsunagan hidup sel-sel otak. Bila jumlahnya kurang, maka sel-sel otak pun akan mengalami degenerasi dan akhirnya memicu timbulnya penyakit Alzheimer. Hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan dilakukannya penelitian pada jaringan otak dari mayat yang sebelumnya telah di diagnosa menderita penyakit Alzheimer. Hasilnya jumlah insulin dan IGF I berkurang di daerah cortex, hippocampus, dan hipotalamus.

MENDERITA DIABETES, BUKANLAH AKHIR DARI SEGALANYA

Bagi kita yang mempunyai “bakat” diabetes, tak perlu berkecil hati. Kemungkinan untuk menderita penyakit ini memang lebih besar pada seseorang yang memiliki “bakat” diabetes. Namun bila mau menjaga pola makan, aktif berolahraga dan menjaga berat badan, penyakit ini dapat dihindari.

Contoh nyata dapat kita lihat pada suku Toraja dan Sunda. Prevalensi diabetes penduduk Tasikmalaya hanya 1,1%, padahal mutasi DNA mitokondria suku Sunda ini relatif tinggi (47%). Demikian juga penduduk Toraja. Mutasi DNA mitokondrianya 33% namun prevalensi diabetesnya termasuk rendah yaitu hanya 0,8%. Mengapa demikian? Penyebabnya masyarakat suku Toraja dan Sunda suka mengkonsumsi sayur dan ikan. Kita semua tahu, makanan jenis ini sangat baik untuk dikonsumsi. Serat larut yang terkandung dalam sayur- sayuran dapat mengurangi kebutuhan tubuh akan insulin karena serat larut dapat memperlambat penyerapan karbohidrat dan mencegah kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Sedangkan ikan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan kadar trigliserida darah yang disebabkan kadar gula darah yang tinggi. Selain itu suku Sunda umumnya memilih minuman tanpa gula. Diabetes Prevention Program, sebuah studi yang dilakukan di Amerika telah membuktikan bahwa perubahan gaya hidup serta pola makanan sangat efektif menurunkan risiko diabetes dibandingkan obat.

PENCEGAHAN

Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka diabetes sebenarnya dapat dicegah dengan cara-cara berikut:

  1. Bila kegemukan, turunkan berat badan
  2. Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-engah tanpa membuat napas menjadi sesak.
  3. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbodihrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentang, atau bakmi dalam menu sehari-hari.
  4. Setelah berumur 40, periksa kadar gula urine kita setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes.

Bagi anda yang sudah memiliki “bakat” diabetes, jangan khawatir, marilh kita pelajari cara mengobatinya.

BAGAIMANAKAH CARA MENGATASINYA??

Kondisi diabetes tergantung pada individu masing-masing, terutama dari segi kepatuhan dan kedisiplinan untuk melakukan diet dan olahraga secara benar. Selain itu, dosis suatu obat yang diberikan dokter pun harus sesuai dengan kondisi penderita. Bila pada suatu taraf obat tersebut sudah tidak mampu lagi menurunkan kadar gula sang penderita, maka harus diganti dengan obat lain atau insulin.

  • Patuhi Nasehat Dokter

a. Disiplin minum obat

Minumlah obat yang diresepkan dokter secara teratur sesuai dengan aturan pemakaiannya. Jangan dicampur obat lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anda.

b. Jadilah dokter pendamping diri sendiri

Anda sebaiknya menjadi dokter pendamping diri anda sendiri, dan lebih bertanggung jawab atas kesembuhan dari anda sendiri.

  • Diet

a. Memilih karbohidrat yang aman

Memilih sumber karbohidrat yang aman bagi penderita diabetes adalah memilih makanan yang mengandung senyawa karbohidrat kompleks, yang dapat melepaskan glukosa darah secara bertahap, agar tidak terjadi lonjakan kadar gula darah dengan tiba-tiba setelah makan.

b. Pola diet diabetes

Diet yang tepat untuk mencegah agar tidak terkena diabetes adalah yang bertujuan untuk menjaga agar berat badan tidak berlebihan.

  1. Pangkaslah kalorinya
  2. Kurangi lemak
  3. Makanlah karbohidrat kompleks
  4. Ucapkan selamat tinggal pada yang manis
  5. Ngemilah diantara waktu makan
  6. Lengkapi dengan serat
  • Olahraga
  1. Berjalan kaki
  2. Bersepeda
  3. Berenang
  • Kontrol gula darah

HIDUP BERSAMA DIABETES!

Walaupun diabetes tidak bisa disembuhkan, penderitanya dapat hidup secara normal dengan mengubah gaya hidup, rajin kontrol gula darah, diet dan melakukan olah raga aerobik secara teratur.

Ubah Gaya Hidup!

Gaya hidup sehat. Yang pertama harus disadari adalah konsepsi bahwa sakit sebenarnya adalah gangguan metabolisme tubuh, yang terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat. Pada kasus diabetes, kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin terjadi akibat gizi yang tidak seimbang, perubahan hormonal, proses penuaan dan stress. Kelebihan berat badan dan kurang gerak juga termasuk faktor yang mempertinggi risiko diabetes, karena mempengaruhi produksi dan kerja hormonal. Dengan menyadari hal tersebut, kita selanjutnya dapat memahami konsep “sehat” sebagai upaya tercapainya kembali keseimbangan metabolisme tubuh yang optimal, agar kita dapat hidup normal kembali. Masalah kita sekarang adalah membuat konsep hidup sehat tersebut menjadi gaya hidup kita yang baru.

Lakukan diet diabetes dengan penuh kesadaran dan disiplin tinggi untuk menjadi sehat.
Laksanakan program olahraga yang teratur tanpa perlu memaksakan diri. Lakukan saja dengan santai sekuat kemampuan yang kita miliki.

Kontrol gula darah dan konsultasilah dengan dokter untuk mengetahui perkembangan usaha yang kita lakukan.

Jadilah dokter pendamping untuk diri sendiri. Ikuti perkembangan baru mengenai pengobatan diabetes, termasuk pengobatan alternatif yang mungkin berguna bagi kita.

Ikutilah program klub diabetes yang bermanfaat bagi kita, untuk saling berbagi informasi dan pengalaman.

Segera hubungi dokter atau langsung ke bagian gawat darurat bila terjadi hal-hal yang membahayakan kesehatan kita.

Selain itu, satu faktor yang tidak kalah penting selain dari diri ssendiri adalah peran keluarga dalam mendukung si penderita agar mereka tetap bisa menikmati hidup yang lebih baik dan berkualitas. (Ina)

0 komentar:

Posting Komentar



Arsip Blog

Pengikut

Recent Comments